Yunani kuno
adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki peradaban tinggi. Wilayah ini
juga identik
dengan filsafat, yang dikatakan sebagai induk ilmu pengetahuan. Filsafat sebenarnya, dalam pengertian yang sederhana, sudah berkembang jauh sebelum para filosof
klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Al-Farabi mencatat bahwa orang-orang Kaldan
(kawasan Mesopotamia) adalah pemilik purba tradisi filsafat yang diwariskan
orang-orang Mesir dan ditransformasikan kepada masyarakat Yunani. Ditangan orang Yunani, tradisi mencari
kearifan ini dilakukan secara intensif dengan metode
sistematis serta berusaha melepaskan diri dari berbagai belenggu mitos.
Kemudian terjadilah
proses yang disebut Hellenisasi, yaitu penyebaran pemikiran filsafat dan budaya
Yunani (Helen). Hal ini terjadi sejak lama, berawal dari ekspansi militer yang
dilakukan Raja Macedonia Iskandar Zulkarnaen (356-326 SM). Iskandar atau
Alexander the Great dalam setiap ekspansinya tidak hanya membawa tentara,
tetapi sejumlah ilmuwan dan cendekiawan.
Maka dapat
dipastikan, beberapa abad sebelum Islam masuk ke wilayah Arab, pemikiran dan
kebudayaan Yunani telah menyebar dari Macedonia ke beberapa daerah di kawasan
Asia dan Afrika. Helenisasi ini berlangsung di Mesir, Syam (yang masa
itu mencakup Yordania, Palestina/ Israel, Syria, dan Lebanon), Irak dan Persia.
Alexander the
Great berupaya menyatukan budaya Yunani dengan daerah taklukannya, terutama
Persia. Ia menikah dengan Statira, putri raja Persia, Darius. Sedangkan 24
jenderal dan 10.000 prajuritnya kawin dengan perempuan Persia juga. Dalam aspek
lain, prajurit-prajurit yang menguasai ilmu dan filsafat Yunani diminta untuk menyebarkannya
dimanapun mereka bertugas. Dengan cara seperti itulah, budaya baru yang disebut
hellenisme terbentuk. Berbagai pusat studi dan falsafah Yunani
didirikan, karya tulis dari para filosof dialihbahasakan. Di antara pusat-pusat
studi kebudayaan yang ada, yang terpenting terdapat di Iskandariyah (Mesir),
Harran, Janisabur, dan Baghdad. Maka sangat masuk akal jika pada masa-masa
kejayaan setelahnya, tempat-tempat ini menjadi pusat berkembangnya filsafat,
mengingat embrio hellenisme yang telah ada sebelumnya.
Di
Iskandariyah, raja-raja Ptolomeus mendirikan universitas Iskandariyah sebagai
pusat studi ilmu pengetahuan alam. Pasca kematian Iskandar Zulkarnain,
universitas ini justru semakin berkembang dengan kedatangan sejumlah mahaguru
yang diusir oleh Romawi dari Athena. Mereka yang membenci bangsa Macedonia,
terus melanjutkan tradisi ilmiahnya di Iskandariyah, dengan aktivitas terpusat
pada ilmu matematika, filsafat, fisika, dan sastra. Perpustakaan besar dan
laboratorium dengan berbagai alat penelitian tersedia untuk mendukung kegiatan
ilmiah ini.
Di
Harran, bagian utara negeri Syam, juga terdapat pusat studi di mana muncul
falsafah Neo Platonism, ilmu matematika dan falak. Ilmu falak dominan karena
sebelum penaklukan Islam, bintang-bintang menjadi objek sesembahan sebagian
penduduknya. Sementara Kisra Anusirwan dari Persia (531-578 M) mendirikan pusat
studi di Jundisapur dengan fokus pada ilmu pengetahuan, kedokteran dan
filsafat. Pusat studi ini menjadi tempat dikumpulkannya berbagai kitab berbahasa
Suryani, Yunani dan India untuk dialihbahasakan ke bahasa Pahlawi.
Dengan
demikian, sebelum Islam menaklukkan Mesir, Irak, Syria dan Persia, filsafat hellenisme
telah berkembang di daerah-daerah ini. Asimilasi kebudayaan Yunani dan
spiritualitas Timur melahirkan mainstream filsafat irrasional Neo Platonisme,
Neo Phytagorisme dan Hermetisisme, dibanding filsafat rasional Aristoteles. Ilmu
logika yang lahir pada peradaban Atheis di wilayah-wilayah ini telah
disterilkan oleh kalangan Gereja agar tidak menimbulkan kreasi keilmuan baru.
Setelah
Islam menjangkau wilayah-wilayah tersebut, hellenisme turut masuk dalam pemikiran Islam. Pemikiran
Syiah dan Sufisme merupakan bukti terpengaruhnya peradaban Islam pada filsafat
irrasional. Kedua kelompok ini terpengaruh oleh mainstream irrasional dari
filsafat Hermetisisme yang disandarkan pada Hermes. Hermes, oleh sebagian akademisi
Muslim dianggap sebagai nabi Idris, yang namanya termaktub dalam al-Qur’a>n.
Ciri-ciri aliran filsafat ini bertemakan keteraturan alam semesta. Hermes
dianggap sebagai penghubung langit dan Bumi serta bapak ilmu pengetahuan.
Pada masa
pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam.
Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam
Islam, dengan kebudayaan ilmiah yang telah terbangun kuat sebelum kedatangan
Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang
pemerintahan, di samping filsafat, ilmu alam, sastra serta karya-karya
terjemahan Persia lainnya. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran,
ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui
terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Tradisi yang
paling berpengaruh dalam menciptakan tradisi keilmuan yang kondusif adalah
gerakan penerjemahan.
Gerakan
terjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al Manshur hingga Harun al Rasyid. Pada fase
ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan
manthiq. Fase kedua
berlangsung mulai masa khalifah al Ma’mun hingga tahun 300 H. Pada masanya
banyak ilmuwan yang dikirim ke Kerajaan Bizantium untuk mencari manuskrip yang kemudian dibawa
ke Baghdad untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Untuk
keperluan penerjemahan, al-Makmun sampai mendirikan Bayt al-Hikmah di Baghdad. Lembaga ini dipimpin oleh seorang Kristiani dari Hirah yang bernama Hunain ibn Ishaq. Ia
pernah ke Yunani dan berlajar bahasa Yunani. Selain menguasai bahasa Arab dan
Yunani, Hunain juga menguasai bahasa Syria (Siryani), yang pada saat itu merupakan
salah satu bahasa ilmiah. Karya-karya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
adalah karangan Aristoteles, Plato, dan buku-buku mengenai Neo-Platonisme.
Fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang
ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Konsekuensinya, bermunculan para ilmuwan
muslim dengan keahlian multi. Al Ghazali, Hujjatul Islam pelopor tasawuf yang
menguasai ilmu fikih, tauhid, filsafat, matematika, dan fisika. Ibnu Sina, ahli ilmu
tafsir, fikih, perbandingan agama, dan tasawuf, yang melahirkan 2 kitab
legendaris dalam 2 ranah berbeda yang diakui Barat hingga saat ini, yaitu
kedokteran dan filsafat. Al Khawarizmi, penemu Aljabar yang juga menguasai astronomi, fisika, filosof, sejarah dan farmasi.
Islam menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dunia, sampai munculnya invasi
perang Salib dan serangan pasukan Mongol di bawahi Hulagu Khan. Selama 40 hari
40 malam, Baghdad yang menjadi pusat peradaban dunia dibumiratakan. Keluarga khalifah
dibantai habis, dan buah pemikiran para ilmuwan
muslim dilempar di kedalaman sungai Tigris hingga airnya menghitam-kelam
karena luruhnya tinta dari ribuan kitab.
pertanyaan pertama, apakah Iskandar Zulkarnain sama adalah orang yang sama dengan Alexander The Great?
ReplyDeletepertanyaan kedua, apakah buku dari perpustakaan Baghdad benar-benar dibenamkan ke sungai Tigris, atau hanya sebuah kamuflase agar tidak ada tuntutan pengembalian dari kaum muslim, sedangkan manuskrip aslinya diselundupkan ke Vatican atau universitas-universitas di Eropa?
Buku-buku yang penting, seperti ilmu pengetahuan memang ada yang di bawa tentara salib... Dan itulah awal kebangkitan renaissance di eropa, jadi renaissance eropa karena Islam... Berdasarkan buku yang tak baca, hehe
DeleteDari yg saya baca, iya. Iskandar zulkarnain =alexander the great. Ini soal pelafalan aj sih menurut saya. Seperti Yesus disebut Isa.
DeleteYg kedua, bs iya dan tidak. Banyk referens sejarah sayangnya kita rujuk dari tulisan orientalis. Tp kenyataan bahwa ada bbrp kitab tertentu yg tdk kita temukan hingga saat ini, bhkan Baratpun tdk prnah merujuknya, saya pikir mmg ada bnyak kitab yg dihancurkan mongol, selain yg dibawa para salibis untuk ditindaklanjuti sbg riset2 imliah pasca renaisan
Dari yg saya baca, iya. Iskandar zulkarnain =alexander the great. Ini soal pelafalan aj sih menurut saya. Seperti Yesus disebut Isa.
DeleteYg kedua, bs iya dan tidak. Banyk referens sejarah sayangnya kita rujuk dari tulisan orientalis. Tp kenyataan bahwa ada bbrp kitab tertentu yg tdk kita temukan hingga saat ini, bhkan Baratpun tdk prnah merujuknya, saya pikir mmg ada bnyak kitab yg dihancurkan mongol, selain yg dibawa para salibis untuk ditindaklanjuti sbg riset2 imliah pasca renaisan
Waduuh banyaknya pertanyaannyoo.. Aku jawab nanti2 ya... Hihiks
ReplyDeleteWaduuh banyaknya pertanyaannyoo.. Aku jawab nanti2 ya... Hihiks
ReplyDeleteSedang mencerna pelan-pelan...
ReplyDeleteTulisan berat
ReplyDeleteAku izin gelar tikerr
ReplyDelete